Kalo ngomongin tentang anak, buat saya (dan suami) adalah hal yang sensitif. Suami sih justru lebih cuek, sayanya aja yang baper. Ya gimana gak baper kalo kami udah nikah 2 tahun 5 bulan dan belum juga dipercaya punya momongan. Yang bikin baper itu justru kalo udah ditanya sama orang sekitar dan mulai dinasehati. Kita mah iya-iya aja, walopun dalem hati pengen berujar kalo "usaha kita belum maksimal, jadi tenang aja yaa buibu.." Tapi daripada makin panjang mending iya-iya aja dan minta didoain, biar cepet. Setelah saya kecelakaan sekitar 4 bulan yang lalu, gak ada lagi yang "berisik" nanya momongan. Yah mungkin udah bisa lihat kan ya, mana prioritas kami sekarang. Doakan aja, semoga hikmah dari kecelakaan ini saya bisa hamil. Aamiin..
Lalu, dengan prolog yang demikian panjang tadi, masih tentang punya anak...
Setelah nikah dan ngerasain gimana usaha punya anak, saya jadi mikir tentang anak-anak yang MBA (Married By Accident). Anak-anak ya, artinya masih usia sekolah atau paling banter masih kuliah dan dibiayai oleh orang tua yang berharap besar akan masa depan si anak. Waktu saya masih usia anak-anak (atau remaja kali ya) dan udah mulai kenal pacaran, ortu saya semakin ngewanti-wanti bahayanya sex before married dan apa akibat di belakangnya. Isi nasihatnya ya standar lah, pasti kita semua juga tahu. Di sekolah juga kan suka diulas yaa.. Saya yakin remaja tahu ini semua, Insya Allah. Apalagi di Indonesia sex before married itu masih tabu. Lain cerita dengan pasangan dewasa yang pacarannya bebas, itu sih terserah mereka. Saya yakin waktu remaja mereka juga pernah dengar nasihat ini.
Tentang anak-anak yang MBA tadi.. Saya sering heran dan bertanya-tanya, apa yang ada di pikiran kalian waktu itu? Kenapa kalian mau melakukannya? Apa nggak mikirin akibatnya? Apa nggak kasian sama orang tuanya? Percayalah, yang paling disakiti adalah orang tua yang udah membesarkan kalian. Orang tua yang berharap masa depan kalian akan lebih baik dari masa depan mereka sekarang. Orang tua yang bekerja sekuat yang mereka bisa untuk mencukupi kebutuhan kalian. Lalu, ketika semuanya udah terjadi, siapa yang paling malu? Orang tua dan keluarga. Perasaan mereka pasti hancur banget karena ngerasa gagal dalam mendidik anak-anaknya. Gimana dengan kelanjutan pendidikan kalian kalau ada anak yang harus kalian urus?
Yang kayak gini nih yang bikin saya greget. While saya yang udah nikah lama pengen punya anak tapi belum dikasih, terus kalian gampang aja gitu punya anak? Somehow saya ngerasa lebih beruntung, walopun saya belum dipercaya punya anak setidaknya saya nggak bikin malu ortu saya daripada ngasih cucu ke ortu tapi ortu malu dan hatinya hancur. Naudzubillahimindzalik..
Ya Allah, lindungilah keluargaku dari segala perbuatan yang Engkau benci... Aamin..